Sesisir Pisang di Surga, Memahami Hal Baru dengan Perspektif Berbeda

Sharing is Caring
       
  

Judul buku ini mungkin terdengar aneh bagi para pembaca. Ditambah sampul buku yang juga tak selaras dengan judul menambah keanehannya. Terdengar seperti judul sebuah karya fiksi, tetapi buku ini justru berisikan tulisan jurnalistik karya Oryza A. Wirawan. Sebanyak 25 esai dengan gaya reportase naratif karya Oryza terangkum dalam buku ini dengan beragam tema.

Sang penulis, Oryza A. Wirawan adalah seorang jurnalis asal Jember yang saat ini berkerja di Beritajatim.com. Esai yang dimuat dalam buku ini sebelumnya telah diterbitkan di beberapa media elektronik pada tahun 2008-2018.

Penulis merangkai tulisannya dengan gaya yang berbeda dengan gaya reportase naratif. Penulis menyajikan liputan berita dengan narasi yang ringan dan nyaman dibaca. Anda mungkin berpikir “Apakah saya sedang membaca sebuah novel?” ketika membaca buku ini.

Tema yang diangkat dalam buku ini beragam, mulai dari kemiskinan, persengketaan tanah, banjir, persidangan, dan lainnya. Sebagian besar tulisan ini mengangkat ragam isu yang terjadi di wilayah liputan penulis, yakni Jawa Timur. Setiap tulisan tentunya meninggalkan pesan dan kesan yang berbeda-beda bagi pembaca dan pastinyaa tidak membuat bosan.

Salah satu esai yang sangat menarik bagi saya berjudul “Satu Dekade Bre-X: Sebungkah Emas di Kaki Pelangi”. Esai yang membahas kasus Bre-X ini menyelipkan unsur reportase investigasi di dalamnya. Mengangkat kasus pertambangan di Kalimantan, esai ini meyajikan data yang padat dan narasi yang menarik. Dilihat dari isinya, bukan hal yang mudah bagi penulis untuk mencari dan mengumpulkan data baik dari sumber dalam negeri maupun luar negeri. Tak hanya itu, menyusun alur dan teka-teki yang rumit dalam esai ini tampaknya memerlukan perjuangan besar dari segi penulisan, tenaga, biaya dan waktu.

Tak kalah menarik, esai yang berjudul “Membekuk Noordin di Jagat Dotcom” juga meninggalkan kesan tersendiri bagi saya saat membacanya. Mengangkat berita tentang kabar burung penangkapan Noordin Mohammad Top atau yang pada masa itu akrab disebut Noordin M. Top. Penulis mendeskripsikan dengan apik suasana kehebohan saat kabar burung tersebut menyebar di kalangan media, jurnalis, wartawan bahkan petinggi negara. Pesan yang saya petik dari esai ini adalah seorang jurnalis harus menunjukkan sikap waspada dan melakukan verifikasi terhadap suatu berita dengan sumber anonim.

Tulisan lainnya dalam buku ini juga menarik untuk dibaca bahkan dengan beberapa topik yang mengangkat isu-isu sensitif, seperti “Hikayat Yahudi Tamansari” dan  “Hikayat FPI Berwajah Damai di Jember” yang merupakan sesuatu yang asing bagi saya. Namun, dengan gaya penulis menuliskan narasinya justru membawa saya untuk memahami hal baru dengan perspektif yang berbeda.

Sayangnya buku ini tidak dilengkapi dengan gambar ataupun ilustrasi yang menarik untuk pembaca, sehingga pembaca mungkin kurang dapat memvisualisasikan suasana dari tulisan yang sedang dibacanya.

Secara keseluruhan, buku ini menarik. Penulis membawa sang pembaca untuk memandang suatu permasalahan dengan sudut pandang yang berbeda terkait suatu hal yang sudah terlanjur menjadi stereotipe di kalangan masyarakat.

Penulis: Efl

Editor: Kar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *