Sembilan Mahasiswa FKIP ULM Menjejak Filipina Lewat Program SEA-Teacher 2025

Sharing is Caring
       
  

Banjarmasin, Warta JITU – Unit Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) kembali mengirimkan mahasiswa calon guru ke luar negeri dalam program SEA-Teacher. Program ini dilaksanakan selama 28 hari, mulai 14 Oktober hingga 9 November di University of the Immaculate Conception (UIC) dan Iloilo Science and Technology University (ISAT-U), Filipina.

SEA-Teacher merupakan program pertukaran mahasiswa calon guru di Asia Tenggara yang diinisiasi oleh Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO). Program ini juga memperkuat komitmen FKIP ULM dalam mempersiapkan calon guru yang kompeten secara global. Tahun ini, FKIP ULM berpartisipasi dengan mengutus mahasiswa dari sembilan jurusan, antara lain Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa Inggris, Ekonomi, Geografi, Sejarah, Seni Pertunjukan, PPKN, IPS, dan Sosiologi.

“Biasanya satu orang per jurusan dan berasal dari semester lima. Namun tahun ini, ada juga yang berasal dari semester tujuh,” ujar Arum Murdianingsih selaku delegasi Unit MBKM FKIP ULM.

Sembilan mahasiswa tersebut diposisikan di beberapa sekolah selaras bidang yang telah dipilih oleh mahasiswa.

“Mahasiswa akan ditempatkan di SD, SMP, dan SMA sesuai bidangnya,” tambah Arum.

Bersamaan dengan itu, sebelum keberangkatan, mereka menjalani persiapan selama dua bulan berupa pembekalan mengajar, pelatihan budaya, peningkatan kemampuan bahasa Inggris, serta pendampingan psikologis.

“Pembekalan ini bertujuan agar mahasiswa tidak mengalami culture shock dan mampu beradaptasi dengan lingkungan baru,” jelas Raisa Fadilla, Ketua Unit MBKM sekaligus Person in Charge (PIC) SEA-Teacher FKIP ULM.

Sembilan Mahasiswa FKIP ULM Dalam Program SEA- Teacher 2025 (Doc/Raihana)

Raisa menegaskan, mahasiswa tidak dilepas begitu saja. Saat di Filipina, mereka didampingi dosen, guru mentor, dan teman dekat.

Selama di Filipina, Raisa menegaskan, para mahasiswa akan didampingi dosen pembimbing, guru mentor di sekolah, serta buddies dari universitas mitra. Pendampingan ini dilakukan agar mahasiswa merasa aman dan mendapatkan pengalaman belajar maksimal.

Raisa berharap, keikutsertaan mahasiswa FKIP ULM dalam program internasional ini dapat memberikan dampak nyata, baik secara individu maupun bagi pengembangan pendidikan di kawasan ASEAN.

“Keluaran yang diharapkan adalah mahasiswa mendapatkan pengalaman mengajar internasional, khususnya di negara ASEAN, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya dan pendidikan di kawasan Asia Tenggara, juga mendorong mobilitas akademik dan integrasi pendidikan ASEAN,” harap ketua unit tersebut.

Raisa juga meniti harapan untuk mahasiswa yang menjalani program SEA-Teacher.

“Kami berharap mahasiswa dapat memperoleh pengalaman mengajar bertaraf internasional dan membawa nama baik ULM di kancah global,” tandasnya.

Harapan tersebut mulai tampak dalam pengalaman para mahasiswa yang kini menjalani praktik mengajar di Filipina. Salah satunya adalah Rudy, ketua SEA-Teacher batch 11, yang ditempatkan di Labschool milik ISAT-U, Iloilo.

“Motivasi saya ingin berkontribusi di bidang pendidikan sekaligus memanfaatkan kesempatan untuk mengeksplorasi budaya negara lain,” ungkap Rudy.

Sementara itu, Raihana, perwakilan mahasiswa yang ditempatkan di sekolah Indonesia di bawah naungan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Davao, memiliki semangat serupa. Ia berharap dapat mengasah keterampilan mengajar menggunakan bahasa asing serta memperkenalkan budaya Indonesia kepada siswa setempat.

Meski begitu, tantangan tetap mereka hadapi di negeri orang. Baik Rudy maupun Raihana mengakui kendala bahasa menjadi hambatan utama selama proses mengajar.

“Bahasa menjadi tantangan tersendiri karena mereka menggunakan campuran Taglish (Tagalog–English), sedangkan kami kurang memahami bahasa Tagalog. Selain itu, cukup sulit menemukan makanan halal di kota saya, kecuali produk impor dari Indonesia atau Malaysia,” tutup Rudy.

Walaupun demikian, keduanya sepakat, pengalaman tersebut justru memperkaya perjalanan mereka sebagai calon pendidik dan membuka wawasan lintas budaya dua negara.

Penulis : Zulfa

Penyunting : Mike

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *